Senin, 29 Oktober 2012
Posted by Jurnalistika Febra Ariella
Pernah kepikiran kayak yang gua pikirin nggak sih kalo PERS Indonesia tuh terlalu menjatuhkan pemerintah?
Ya, itu adalah topik pembahasan kali ini. Emmm, gua udah memikirkan ini sejak beberapa tahun yang lalu ketika bokap gua selalu nonton beberapa channel TV yang selalu mengisukan keburukan-keburukan pemerintah. Awalnya sih gua mikir "ya beginilah Indonesia" cuma kok lama-kelamaan gua ngerasa ada yang janggal ya dengan pemberitaannya. Emang sih jiwa kepo jurnalis Indonesia telah berhasil mengupas habis segala rahasia politik bangsa dan salut deh buat itu. Tapi kenapa ya cuma keburukannya yang disorot sedangkan kebaikannya sedikit banget yang diperlihatkan. Apa emang Indonesia penuh dengan keburukan ya?
Entah mengapa kalo gua sendiri melihatnya sudut pandang mereka kurang netral. Pemberitaan yang mereka suguhkan ke masyarakat seolah bukan membuat masyarakat mampu mengkritisi politik bangsa namun lebih dari itu, mereka tuh kayak mengubah paradigma masyarakat akan pemerintahan ini yang kian hari kian mengenaskan. Sekarang lihat deh apa hasilnya, kebanyakan orang bukan berlomba-lomba untuk memberikan perbaikan, inovasi dan maanfaat bagi bangsa tapi mereka malah sibuk mencari-cari dan mengkritik sistem pemerintahan Indonesia.
Menurut gua sih mengkritisi sesuatu itu boleh banget (malahan dianjurkan) tapi bukan berarti kita mengadili sepihak aja. Harus ada solusi dan gagasan baru yang bisa mengubahnya. Jadi sebaiknya jangan cuma bisa nuntut tapi juga seharusnya bisa memberikan perbaikan. Mungkin yang dilakukan PERS Indonesia selama ini semata-mata ditujukan untuk memberikan sindiran-sindiran frontal kepada keperintah agar ada suatu perubahan nyata.Cukup memprihatinkan sih kalo nyatanya sampai detik ini belum ada perubahan yang signifikan.
Oh ya gua ngomong kayak gini bukan berarti menghakimi karya-karya PERS Indonesia sepihak loh. Ya anggep aja tulisan ini sebagai sebuah kesan dan pesan untuk media massa Indonesia. Semoga saja kebebasan PERS yang pernah tercantum dalam UU no 40 1999 tidak disalah artikan dan dijadikan daya dalam pengubah paradigma masyarakat secara sepihak.
Terus berkarya PERS Indonesia, sebagai sumber referensi terpercarya masyarakat Indonesia :D
sumber dukumentasi.