Hai guys, lama nggak nulis jadi kangen dan lupa gimana cara
nulis yang baik. Apalagi sejak gua ambil suatu mata kuliah yang berteori bahwa “nulis
itu nggak perlu panjang atau dipanjang-panjangin yang penting ngena di pembaca”,
gua jadi mikir dua kali untuk nulis, karena biasanya gua gitu, ahaha. Well,
karena ingin mengembalikan kebiasaan balik yang biasa gua lakukan dulu, jadi
gua mulai lagi deh mulai hari ini.
Hai Indonesia, cieee
sebentar lagi mau ditinggal pak SBY dan punya pemimpin baru :’’’) semoga cepet
move on ya dari segala masalahnya yang kelam dengan sosok pemimpin yang baru :)
Akhirnya, selesai juga ya masa kampanye yang entah kenapa gua
ngerasa kok lama banget *apa ini perasaan gua doang ya, haha*. Setiap hari,
diberbagai tempat, orang-orang mengeluh-eluhkan pemimpin yang mereka dambakan.
It’s okay namanya juga kampanye ya kan :)
Well, entah kenapa
pemilu kali ini terasa sangat panas. Jangankan di sosmed atau TV, di
rumah gua pun ikut-ikutan panas, haha. Walaupun konteks panasnya berbeda.
Satu hal yang gua suka dari orang-orang yang udah menentukan
pilihannya di awal atau at least tengah masa kampanye adalah mereka setia
dengan pilihannya. Berbeda sama pemilih yang belum menentukan pilihannya atau
pemilih yang masih galau siapa yang lebih baik jadi ganti-ganti pilihan setiap
saat. Kalo gua liat sih pemilih seperti ini yang akhirnya menimbulkan peluang
kampanye hitam dan kampanye negatif. Walaupun nggak sepenuhnya gitu sih,
mungkin juga timbul karena sang pemilih yang udah cinta mati sama pilihannya
mau dia menang dan akhirnya menunjukan kelemahan atau bahkan memberitakan
ketidakbenaran calon lainnya.
Sedih nggak sih lo ngeliatnya? Kalo gua sih jujur sedih
banget. Padahal lagi momentum piala dunia dan ramadhan, di mana biasanya rasa
kekerabatan dan kekeluargaan sangat terjalin akrab :’’ eits malahan ada
kampanye yang menjatuhkan. Sometimes gua berpikir, guys, apa yang sebenernya lo
harapkan jika calon lawan lo terlihat hina? Berharap pemilih yang belum
menentukan pilihan bisa melihatnya dan kemudian memilih calon yang lo banggakan
atau bahkan berharap ada calon pemilih lawan yang kemudian beralih pilihan?
Tapi kenapa harus menjatuhkan?
Mau calon A, calon B, ada aja berita buruknya. Mantau di
sosmed, ada pula temen-temen gua (mahasiswa loh padahal) yang ikut andil
menjelekan, ya itu hak lo sih tapi kan kesannya gimana ya. Katanya ingin
memberitahukan hal-hal buruk untuk pencegahan tapi kenapa beritanya nggak disaring
dulu, malah menimbulkan fitnah.
Guys, let me tell you what I’m thinking. Sadar nggak sih lo,
Tuhan udah menentukan nasib Indonesia untuk 5 tahun ke depan, ada case
A,B,C,D,E and so on. Tinggal memilih sebenernya jalan mana yang tergantung dari
pemimpin yang terpilih nantinya. Pun, sebenarnya, gua percaya bahwa Tuhan udah
menentukan siapa pemimpin kita 5 tahun kedepan (pemenang pemilu tahun ini).
Jadi, mau sekeras apapun usaha lo, jika Tuhan tidak merestui, mustahil.
Udahlah yuk, daripada melihat menjatuhkan calon atau melihat
kejelekannya. Lebih baik lihat track recordnya, kebaikan yang ada pada dirinya
yang sekiranya bisa membawa bangsa ini pada perubahan, literally perubahan
bukan sekedar wacana untuk berubah. Karena ketika lo melihat seseorang dari
ketidaksempurnaannya, lo nggak berhak untuk menyimpulkan bahwa orang lain lebih
baik darinya. Lo cuma bisa bilang orang itu memiliki kekurangan yang tidak
dimiliki oleh orang lain dan tidak berarti orang lain tersebut lebih baik darinya.
Maaf sebelumnya, kalo dianalogikan seperti difabel, mereka memiliki kekurangan
tapi bukan berarti orang yang normal lebih baik darinya kan? Hanya lebih
beruntung, mungkin.
Jadi, yuk, hentikan memandang dari sisi negatif. Cobalah
berbesar hati jika memang calon lawan memiliki track record yang lebih baik,
tidak perlu melihatnya menjadi buruk karena sifat difensif kita terhadap sang
calon pujaan. Kalo emang udah menentukan keputusan akhir akan milih siapa
nanti, yaudah keep it by yourself. Kalo mau kampanye *sayangnya sekarang udah
nggak boleh* ya cukup unggulkan kelebihan calon pilihan kamu nggak perlu
menjatuhkan calon lawan.
Selamat menanti 9 Juli 2014, selamat menunggu unpublished
pemimpin Indonesia yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Semoga, Indonesia masih
direstui untuk mendapatkan pemimpin yang membawa negeri ini pada kebaikan :)
Klik untuk sumber gambar.